Menikmati Kehangatan Cemue di Angkringan Madiun
Sama halnya di kota lain, di Madiun pun banyak bermunculan cafe untuk tempat nongkrong bersama teman atau keluarga. Sementara yang tidak suka mengunjungi kafe bisa memilih angkringan yang juga banyak terdapat di kota ini.
Kalau saya pribadi lebih suka makan lesehan di angkringan. Mungkin karena dulu belum ada kafe seperti saat ini. Dulu saat berkumpul dengan teman-teman beli makan ya makan saja terus pulang atau beli makanan kemudian dibawa pulang ke kosan atau rumah teman untuk dimakan bersama-sama. Jadi, bisa lebih leluasa untuk mengobrol. Soalnya saya orangnya suka nggak enak hati sih kalau makanan sudah habis tapi masih duduk saja di warung. Jadi, lebih baik beli kemudian dibawa pulang begitu.
Apalagi setelah menikah, waktu saya habis untuk keluarga, sehingga jarang untuk bisa berkumpul kembali dengan teman-teman. Walaupun bertemu dengan mereka, kita akan saling mengunjungi di rumah masing-masing.
Meskipun sangat jarang hangout dengan teman-teman karena saat ini hangout nya dengan keluarga. Saya dan suami sesekali menikmati kopi atau cemue di angkringan yang ada di Madiun.
Ada yang tahu minuman cemue? Cemue itu minuman hangat yang terbuat dari air campur santan panas yang ditambah gula dan diberi topi roti tawar, bawang goreng serta kacang goreng. Beberapa penjual ada yang menambahkan gempol ke dalam minuman. Ada juga yang menambahkan jahe ke minuman ini. Mungkin kalau di daerah lain disebut wedang ronde.
Menu di angkringan pun cukup sederhana mulai dari cemilan seperti kacang dan pastinya ada berbagai jenis gorengan yang bisa dipilih. Kalau saya sih suka pisang goreng dan intip, tetapi intip sangat jarang ditemukan, tidak semua angkringan menyediakan.
Saat malam hari, angkringan tidak hanya menyediakan kopi dan minuman hangat saja, biasanya juga menjual nasi bungkus yang sering disebut nasi kucing karena isinya yang sedikit. Harganya pun cukup murah untuk nasi kucing cukup dibanderol harga 5000 rupiah. Sementara untuk harga gorengan masih seribuan. Rata-rata harga gorengan di daerah saya masih seribuan, soalnya di desa, kalau dijual lebih mahal takut tidak laku.
Alasan saya menyukai beli di angkringan karena harganya ramah di kantong. Selain itu saat berada di angkringan suka sekali ngobrol dengan pemilik angkringan atau pelayannya tentang bagaimana usahanya. Rame atau tidak? Sudah berapa lama jualan dan sebagainya? Mungkin karena saya yang juga memiliki usaha, jadi suka ngobrol juga dengan mereka yang memiliki usaha tentang suka dukanya dalam menjalani usaha.
Dari pembicaraan yang kami lakukan, saya semakin memahami kalau setiap orang itu mempunyai permasalahan sendiri dengan usaha masing-masing. Jangan hanya melihat keberhasilannya saja, tetapi juga perjuangan seseorang untuk memajukan usaha itu juga perlu diapresiasi.
Yang tak kalah asyiknya kalau nongkrong di angkringan pada waktu malam di pinggir jalan itu seru sekali lho. Menikmati minuman hangat dan gorengan sambil melihat lalu lalang kendaraan yang tidak henti itu membuat saya kadang berpikir betapa sibuknya dunia ini ya. Ya, namanya kan pikiran orang gabut, jadi ada saja yang dipikirkan.
Banyaknya angkringan di Madiun tidak membuat cafe mengalami kebangkrutan karena kedua tempat tersebut mempunyai pangsa pasar yang berbeda. Bagi yang suka privasi bisa datang ke cafe. Sementara bagi yang ingin nongkrong dan memiliki uang pas-pasan bisa datang ke angkringan. Tentunya sesuai dengan kenyaman dan budget masing-masing.
Kalau teman-teman lebih suka nongkrong di cafe atau angkringan nih? tentunya mempunyai pengalaman seru dong di tempat-tempat itu. Apa nih minuman atau makanan kesukaan teman-teman kalau lagi nongkrong di cafe atau angkringan?
Posting Komentar untuk "Menikmati Kehangatan Cemue di Angkringan Madiun"